info buddhis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Selasa, 04 Januari 2011

Buddhisme dan Kegaiban


16.29 | ,

Dewasa ini hampir setiap hari di TV (media elektronik) selalu ada tayangan film bertemakan kegaiban (adikodrat).
Seolah-olah di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) ini hal-hal yang gaib menjadi selingan hiburan.
Bahkan banyak pula penggemarnya,
apalagi dikaitkan dengan suatu paham agama.
Di era reformasi ini rupanya para hantu,
gandaruwo juga mendapat kesempatan masuk siaran TV.

Manusia sekarang ini menyenangi hal-hal yang khayal daripada hal yang nyata.
Kalau hal ini terus berlanjut maka akan menciptakan manusia khayalis yang pesimis karena semua keberuntungan
"sangat tergantung dari yang di atas."
Mereka lupa pada selogan lama yang mengatakan bahwa
"Yang kuasa hanya akan memberi keberuntungan bila manusia itu mau berusaha dalam karya nyata."
Di zaman keterbukaan, sesuatu yang dahulu disembunyikan/ tertutup, sekarang menjadi hal yang terbuka bagi semua orang.
Sehingga soal mistik, klenik, dan mantra diobral secara terbuka dan ditawarkan melalui iklan (majalah posmo).
Di majalah dan Koran dapat dibaca iklan memelihara tuyul, pawang hujan, dan ilmu-ilmu gaib.
Hanya satu yang belum ada yaitu iklan bagaimana membuat orang jahat (kriminal) menjadi orang baik (bijak) dengan sekali usapan tangan.

Menjadi pr (pekerjaan rumah) tambahan bagi para orangtua yang memiliki putra-putri yang belum dewasa untuk mengawal anaknya menonton TV. Memiliki TV di rumah rupanya menambah pekerjaan ekstra bagi orangtua.

Mari kita cermati apa makna sesungguhnya yang dikenal sebagai mistik, klenik, dan mantra.
Mistik berasal dari mysteri,
yaitu suatu kejadian yang tidak atau belum diterima oleh nalar (intelek) seseorang.
Sering disebut peristiwa adikodrat, di luar yang umum.
Sering dihubungkan dengan kehadiran makhluk yang kasat mata (makhluk halus).
Klenik adalah suatu usaha (praktik pesugihan) untuk memperoleh kemudahan, keuntungan/kekayaan, jodoh atau pangkat dalam usaha dagang.
Dilakukan melalui juru kunci tempat yang dikeramatkan,
sang juru kunci akan meminta syarat yang harus dipenuhi oleh si peminta kekayaan.
Mantra adalah ucapan kata-kata yang dianggap dapat mendatangkan kekuatan pelindung untuk bisa terkabul suatu permohonan melalui syarat-syarat tertentu.
Kalau belum terkabul biasanya dihibur dengan kata-kata:
"Sabar, nanti kalau saatnya tiba pasti dapat."
Kapan terjadinya siapa tahu.
Di samping itu, dikenal pula istilah magic, ocultis, kinetis, hipnotis, dan magnetis.

Magic adalah suatu kekuatan atau kemampuan dari seseorang karena latihan physic (tapa) dan batin.
Jadi orang tersebut memang di dalam dirinya memiliki kekuatan batin.
Buddhasasana menyebutnya kekuatan abhinna.
Hanya saja kekuatan dan daya tepat gunanya bermacam-macam.
Karena berkaitan dengan batin (citta, pikiran),
maka bila batin orang yang memilikinya tidak murni,
kekuatan itu bisa digunakan berbuat jahat.
Seperti pisau tajam di tangan anak yang belum mengerti akan berbahaya.
Pisau itu bisa membunuh atau melukai orang lain.
Bila di tangan orang bijak pisau itu akan bermanfaat.
Tapi kemudian banyak di antara mereka yang dalam praktik menyimpang dari tujuan kebaikan.
Mereka terperosok ke dalam praktik kotor, mesum, perkosaan, penipuan, atau pencabulan pasiennya.

Kekuatan magic itu bisa berwujud:

Ocultis, kemampuan untuk melihat jarak jauh, alam halus, aura (warna yang mengelilingi tubuh manusia).
Atau mendengar suara makhluk halus atau binatang.

Kinetis, kemampuan melipat logam, menggerakkan benda-benda, menembus dinding.

Hipnotis, kemampuan untuk membuat orang lain tidak sadar (lelap) sehingga mudah disugesti.
Hal ini bisa dilakukan melalui pandangan mata atau kata-kata, tergantung kekuatan orang yang menghipnotis.
Dalam keadaan hypnosis dapat diperintah melakukan sesuatu.

Magnetis, kemampuan gaya magnet untuk penyembuhan penyakit seseorang melalui usapan tangan ke tubuh seseorang yang sakit. Juga tergantung dari kekuatannya, bisa cepat atau lambat sembuhnya.
Penyaluran magnet bisa juga melalui benda seperti air. Kerjanya seperti besi berani (magnet) yang dapat menginduksi logam.

Di samping empat hal di atas masih ada yang disebut para peramal (cenayang).
Mereka meramal dengan menggunakan alat-alat/sarana seperti:

1. Kartu-kartu
2. Batang bambu atau uang kepeng
3. Melihat garis telapak tangan, telapak kaki
4. Melihat bentuk muka
5. Mengetuk tulang mayat

Umumnya mereka hanya dapat meramal apa yang akan terjadi sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan.
Karena adanya perbuatan baru, maka ramalan tersebut hanya sekian persen saja yang menjadi kenyataan.
Bahkan ada yang meleset.
Ramalan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hukum karma.

Bagaimana pandangan Buddhasasana?

Dikisahkan terjadi di zaman Sang Buddha,
seorang bhikkhu bernama Pindola Bharadvaja,
ketika pulang ke vihâra setelah pindapata melihat suatu sayembara.
Seorang hartawan ingin mengetahui apakah masih ada orang sakti yang dapat menunjukkan kesaktiannya.
Hartawan itu mengikat sebuah bokor cendana di atas tiang bambu.
Barang siapa yang dapat mengambil bokor cendana itu tanpa menyentuh tiang bambu itu, boleh memilikinya.
Sudah beberapa hari berlalu tapi belum ada satupun dari para petapa yang datang dapat memiliki bokor itu.
Sehingga haratawan itu dengan kecewa akan menutup sayembara karena berpikir tidak ada orang sakti di dunia ini.
Bhante Pindola Bharadvaja tiba di tempat itu dan hanya menunjuk dengan jarinya,
bokor itu sudah ada di tangannya.
Semua orang kagum dan membicarakan di mana-mana.
Benda itu menjadi topik pembicaraan para bhikkhu di vihâra.

Sang Buddha mendengar pembicaraan para bhikkhu dan memanggil Bhikkhu Pindola Bharadvaja. Sang Buddha menanyakan kebenaran berita itu dan dibenarkan oleh Bhikkhu Pindola Bharadvaja.
Sang Buddha meminta bokor cendana itu dan meletakkan di atas tanah.
Disaksikan oleh para bhikkhu,
Sang Buddha menginjak bokor itu sampai hancur.
Sang Buddha kemudian berkata pertunjukan kesaktian mempunyai dua akibat:

1. Bagi yang percaya akan tambah keyakinannya.
2. Bagi yang tidak percaya akan mencemoohkan (akusala kamma)

Sejak itu Sang Buddha meletakkan aturan bagi para bhikkhu bahwa barang siapa mengaku memiliki kesaktian padahal tidak memilikinya maka bhikkhu itu harus meninggalkan kebhikkhuan (Sangha).
Tapi bagi yang memang memiliki dan mempertunjukkan-nya akan dikenakan sanksi dukkata,
harus mengakui kesalahannya kepada bhikkhu lain.
Jelaslah Sang Buddha sendiri tidak menginginkan para bhikkhu memamerkan kesaktian walaupun memilikinya.
Kepada brahmana Sangarava, dalam Anguttara Nikaya (A.III.60) Sang Buddha menjelaskan ada tiga macam mukjizat.
Apakah tiga mukjizat itu?
Mukjizat kekuatan supranormal, mukjizat membaca pikiran dan mukjizat pengajaran.

Apakah yang merupakan mukjizat kekuatan supranormal?
Ada orang yang menikmati berbagai macam kekuatan supranormal:
setelah menjadi satu dia berubah menjadi banyak;
setelah menjadi banyak dia berubah menjadi satu;
dia muncul dan lenyap;
dia pergi tak terhalang menembus dinding, menembus benteng, menembus gunung seolah-olah melewati ruang;
dia menyelam masuk dan keluar dari bumi seolah-olah itu adalah air;
dia berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah itu adalah tanah;
sementara duduk bersila dia pergi melalui udara bagaikan seekor burung;
dengan tangannya dia menyentuh dan membelai matahari dan rembulan, begitu kuat dan berkuasa;
dia menggunakan penguasaan atas tubuhnya bahkan sejauh alam Brahma.
Inilah, brahmana, yang disebut kekuatan supranormal.

"Apakah yang merupakan mukjizat membaca pikiran?
Ada orang yang dengan sarana tanda, menyatakan:
`Demikianlah pikiranmu, seperti inilah pikiranmu, demikianlah buah pikirmu.'
Dan betapapun banyaknya pernyataan seperti itu yang dibuatnya,
semua memang benar demikian dan tidak salah."

"Orang lain tidak membuat pernyataannya lewat sarana tanda,
melainkan setelah mendengar suara manusia,
suara makhluk halus atau dewa…
atau dengan mendengarkan suara getaran buah pikir seseorang…
atau secara mental menembus arah kecenderungan mentalnya ketika dia berada di dalam keadaan meditasi yang bebas dari buah pikir.
Dan betapapun banyaknya pernyataan seperti itu yang dibuatnya,
semua memang benar demikian dan tidak salah.
Inilah yang disebut mukjizat membaca pikiran.

"Dan brahmana, apakah mukjizat pengajaran?
Ada orang yang mengajarkan demikian:
`Engkau seharusnya berpikir dengan cara ini dan bukan berpikir dengan cara itu!
Engkau seharusnya memperhatikan ini dan bukan itu!
Engkau seharusnya meninggalkan ini dan harus berdiam di dalam pencapaian itu!'
Inilah yang disebut mukjizat pengajaran."

"Inilah, O brahmana, tiga jenis mukjizat.
Dari tiga jenis mukjizat ini,
yang manakah yang tampak bagimu sebagai yang paling bagus dan paling tinggi?"

"Mengenai mukjizat kekuatan supranormal dan pembacaan pikiran, Guru Gotama,
hanya pelakunya saja yang akan mengalami hasilnya;
hasilnya hanya dimiliki oleh orang yang melakukannya. Kedua mukjizat ini,
Guru Gotama, bagi saya tampak memiliki sifat tipuan tukang sulap.
Tetapi mengenai mukjizat pengajaran - inilah,
Guru Gotama, yang bagi saya tampak sebagai yang paling bagus dan paling tinggi di antara


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar