info buddhis

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Selasa, 14 Juni 2011

Keluarga Bahagia Dengan Buddha Dhamma


00.16 |

Oleh : Bhikkhu Uttamo

PENDAHULUAN 


      Buddha Dhamma atau Ajaran Kebenaran yang diberikan oleh Sang Buddha kepada umat manusia
telah hampir 3000 tahun usianya sejak pertama kali dibabarkan di Taman Rusa Isipatana, Sarnath, India.
Sejak jaman Sang Buddha masih hidup, siswa Beliau selalu terdiri dari para bhikkhu dan umat
perumahtangga biasa. Oleh karena itu, jelas, mempelajari dan melaksanakan Buddha Dhamma bukanlah
monopoli para bhikkhu saja. Umat sebagai perumahtangga pun hendaknya juga berusaha melaksanakan
Buddha Dhamma tanpa harus menjadi bhikkhu terlebih dahulu.
      Dalam pelaksanaan Buddha Dhamma tidak perlu dibedakan warna kulit, bangsa, jenis makanan, jenis
kelamin, cara berpakaian maupun kondisi tempat tinggal. Justru hal yang perlu diperhatikan dan
dipersiapkan dalam usaha melaksanakan Buddha Dhamma adalah ketekunan, keuletan, kesungguhan dan
semangat untuk membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha. Sang Buddha tidak pernah mengharuskan
para pengikutNya untuk menerima begitu saja segala yang disabdakan oleh Beliau dengan hanya
bermodalkan kepercayaan maupun keyakinan yang membuta. Sang Buddha sendiri justru menganjurkan
para siswaNya untuk selalu menguji dan terus menguji kebenaran Ajaran Beliau sebelum menerima serta
melaksanakannya bagaikan seorang tukang emas yang harus menguji terlebih dahulu emas yang akan
dibelinya agar mengetahui kadar emas yang sesungguhnya. Buddha Dhamma apabila telah diuji dan
dilaksanakan dengan tekun maka akan memberikan kebahagiaan lahir batin dalam kehidupan saat ini
maupun kehidupan setelah kematian nanti serta memberikan kondisi tercapainya kebahagiaan sejati yaitu
Nibbana / Nirvana atau Tuhan Yang Maha Esa.

PEMBAHASAN 
      Dalam pembahasan ini akan diuraikan beberapa persyaratan dasar yang mendukung untuk
mewujudkan kehidupan keluarga bahagia menurut Ajaran Sang Buddha. Faktor-faktor pendukung itu
adalah :

      a. Hak dan Kewajiban
      Telah disebutkan di atas bahwa Keluarga bahagia adalah komponen terpenting pembentuk
masyarakat bahagia. Untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut maka persyaratan utamanya adalah
masing-masing anggota keluarga hendaknya saling menyadari bahwa dalam kehidupan ini seseorang tidak
akan dapat hidup sendirian, orang pasti saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Masingmasing
fihak terikat satu dengan yang lain. Oleh karena itu, dalam kehidupan berkeluarga agar
mendapatkan kebahagiaan bersama diperlukan adanya pengertian tentang hak dan kewajiban dari setiap
anggota keluarga. Setiap anggota keluarga hendaknya selalu menanamkan dalam pikirannya dan
melaksanakan dalam kehidupannya Sabda Sang Buddha yang berkenaan dengan pedoman dasar
munculnya hak dan kewajiban tersebut yang terdapat pada Anguttara Nikaya I, 87 yaitu 'Sebaiknya orang
selalu bersedia terlebih dahulu memberikan pertolongan sejati tanpa pamrih kepada fihak lain dan selalu berusaha agar dapat menyadari pertolongan yang telah diberikan fihak lain kepada diri sendiri agar
muncul keinginan untuk menanam kebajikan kepadanya'. Pola pandangan hidup Ajaran Sang Buddha ini
apabila dilaksanakan akan dapat menjamin ketenangan, keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.

   b. Kemoralan 
      Dalam pengembangan kepribadian yang lebih luhur, setiap anggota keluarga hendaknya juga
dilengkapi dengan kemoralan (=sila) dalam kehidupannya untuk dapat menjaga ketertiban serta
keharmonisan dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Tingkah laku bermoral adalah salah satu
tonggak penyangga kebahagiaan keluarga yang selalu dianjurkan oleh Sang Buddha. Bahkan secara
khusus Sang Buddha menyebutkan lima dasar kelakuan bermoral yang terdapat pada Anguttara Nikaya
III, 203 yaitu lima perbuatan atau tingkah laku yang perlu dihindari : 1. melakukan pembunuhan /
penganiayaan, 2. pencurian, 3. pelanggaran kesusilaan, 4. kebohongan dan 5. mabuk-mabukan.
Pelaksanaan kelima hal ini selain dapat menjaga keutuhan serta kedamaian dalam keluarga juga dapat
untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Manfaat ke dalam batin si pelaku dari pelaksanaan
Pancasila Buddhis ini adalah membebaskan diri dari rasa bersalah dan ketegangan mental yang
sesungguhnya dapat dihindari.

  c. Ekonomi 
      Faktor pendukung kebahagiaan keluarga selain setiap anggota keluarga mempunyai perbuatan yang
terbebas dari kesalahan secara hukum moral maupun negara seperti yang telah diuraikan di atas, tidak
dapat disangkal lagi bahwa kondisi ekonomi keluarga juga memegang peranan penting. Telah cukup
banyak diketahui, keluarga menjadi tidak bahagia dan harmonis lagi karena disebabkan oleh kondisi
ekonomi yang kurang layak menurut penilaian mereka sendiri. Mengetahui pentingnya kondisi ekonomi
untuk kebahagiaan keluarga maka Sang Buddha juga telah menguraikan dengan jelas hal ini pada
Anguttara Nikaya IV, 285. Dalam nasehat Beliau di sana disebutkan empat persyaratan dasar agar orang
dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya yaitu bahwa pertama, orang hendaknya rajin dan
bersemangat didalam bekerja mencari nafkah. Kedua, hendaknya ia menjaga dengan hati-hati kekayaan
apapun yang telah diperoleh dengan kerajinan dan semangat, tidak membiarkannya mudah hilang atau
dicuri. Orang hendaknya juga terus menjaga cara bekerja yang telah dilakukannya sehingga tidak
mengalami kemunduran atau kemerosotan. Ketiga, berusahalah untuk memiliki teman-teman yang baik,
dan tidak bergaul dengan orang-orang jahat, serta ke empat adalah menempuh cara hidup yang sesuai
dengan penghasilan, tidak terlalu boros dan juga tidak terlalu kikir.
      Melaksanakan tuntunan cara hidup yang diberikan oleh Sang Buddha seperti itulah yang akan
mewujudkan kehidupan keluarga menjadi bahagia secara ekonomis. Bila kondisi ekonomi keluarga telah
dapat dicapai sesuai dengan harapan para anggota keluarga tersebut maka untuk mempertahankannya atau
bahkan untuk meningkatkannya lagi dapat disimak Sabda Sang Buddha yang lain dalam Anguttara
Nikaya II, 249 yang menyebutkan bahwa keluarga manapun yang bertahan lama di dunia ini, semua
disebabkan oleh empat hal, atau sebagian dari keempat hal itu. Apakah keempat hal itu? Keempat hal itu
adalah menumbuhkan kembali apa yang telah hilang, memperbaiki apa yang telah rusak, makan dan
minum tidak berlebihan, dan selalu berbuat kebajikan.
      Harus disebutkan pula disini bahwa kesinambungan adanya semangat bekerja memegang peranan
penting untuk keberhasilan berusaha. Sang Buddha membahas tentang hal ini dalam Khuddaka Nikaya 2444 yaitu Bekerjalah terus pantang mundur; hasil yang diinginkan niscaya akan terwujud sesuai dengan
cita-cita. Dan bila semangat dapat dipertahankan serta dikembangkan maka tiada lagi kekuatan yang
mampu menghalangi keberhasilannya seperti yang disabdakan Sang Buddha selanjutnya dalam Khuddaka
Nikaya 881, bahwa seseorang yang tak gentar pada hawa dingin atau panas, gigitan langau, tahan lapar
dan haus, yang bekerja dengan jujuh tanpa putus, siang dan malam, tidak melewatkan manfaat yang
datang pada waktunya; ia menjadi kecintaan bagi keberuntungan. Keberuntungan niscaya meminta
bertinggal dengannya.

  d. Perkawinan harmonis
      Istilah 'keluarga' tentulah mengacu pada unsur terpenting pembentuk keluarga yaitu pria dan wanita
yang terikat dalam satu kelembagaan yang dikenal dengan sebutan 'perkawinan'. Kelembagaan ini akan
terus berkembang dengan lahirnya anak sebagai keturunan. Garis keturunan ini juga akan dapat terus
berlanjut menjadi beberapa generasi penerus keluarga tersebut.
      Suami dan istri sebagai unsur pertama pembentuk keluarga tentu menjadi pusat perhatian Sang
Buddha juga. Dalam salah satu kesempatan, Sang Buddha menguraikan tentang empat persyaratan yang
sebaiknya dipenuhi untuk membina perkawinan harmonis dan membentuk keluarga bahagia baik dalam
kehidupan ini maupun sampai pada kehidupan-kehidupan yang akan datang. Uraian mengenai hal tersebut
dapat dijumpai dalam Anguttara Nikaya II, 59 yaitu bahwa jika sepasang suami istri ingin tetap bersama,
baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang, dan keduanya mempunyai keyakinan
yang sama, kebajikan yang sama, kemurahan hati yang sama, dan kebijaksanaan yang sama, mereka
akan tetap bersama dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan mendatang.
      Sang Buddha lebih lanjut menguraikan tugas-tugas yang perlu dilaksanakan oleh suami terhadap
istrinya dan juga sebaliknya. Oleh karena, keluarga bahagia akan dapat dicapai apabila suami dan istri
dalam kehidupan perkawinan mereka telah mengetahui serta memenuhi hak dan kewajibannya masingmasing
seperti yang disabdakan oleh Sang Buddha dalam Digha
Nikaya III, 118
yaitu bahwa tugas suami
terhadap istri adalah memuji, tidak merendahkan atau menghina, setia, membiarkan istri mengurus
keluarga, memberi pakaian dan perhiasan. Lebih dari itu, hendaknya disadari pula oleh suami bahwa
dalam Ajaran Sang Buddha, istri sesungguhnya merupakan sahabat tertinggi suami (Samyutta Nikaya
165).
      Sedangkan tugas istri terhadap suami adalah mengatur semua urusan dengan baik, membantu sanak
keluarga suami, setia, menjaga kekayaan yang telah diperoleh, serta rajin.
      Konsekuensi logis lembaga perkawinan adalah melahirkan keturunan. Dan, Sang Buddha juga
memberikan petunjukNya agar terjadi hubungan harmonis antara orangtua dan anak serta sebaliknya.
Keharmonisan ini juga terwujud apabila masing-masing fihak menyadari dan melaksanakan tugastugasnya.
Untuk itu, dalam kesempatan yang sama Sang Buddha menguraikan tugas anak terhadap orang
tua yaitu merawat, membantu, menjaga nama baik keluarga, bertingkah laku yang patut sehingga layak
memperoleh warisan kekayaan, melakukan pelimpahan jasa bila orangtua telah meninggal. Lebih lanjut
dalam Khuddaka Nikaya 286 disebutkan bahwa Ayah dan ibu adalah Brahma (makhluk yang luhur), Ayah
dan ibu guru pertama juga Ayah dan ibu adalah orang yang patut diyakini oleh putra-putrinya.
      Mengingat sedemikian besar jasa serta kasih sayang orangtua terhadap anaknya maka kewajiban anak
di atas sungguh-sungguh tidak dapat diabaikan begitu saja seperti yang telah disebutkan dalam Khuddaka Nikaya 33 yaitu bahwa 'Penghormatan, kecintaan, dan perawatan terhadap ayah serta ibu membawa
kebahagiaan di dunia ini'. Sedangkan dalam Khuddaka Nikaya 393 disebutkan bahwa 'Anak yang tidak
merawat ayah dan ibunya ketika tua; tidaklah dihitung sebagai anak'. Oleh karena 'Ibu adalah teman
dalam rumah tangga' (Samyutta Nikaya 163).
      Sedangkan tugas orangtua terhadap anak adalah menghindarkan anak melakukan kejahatan,
menganjurkan anak berbuat baik, memberikan pendidikan, merestui pasangan hidup yang telah dipilih
anak, memberikan warisan bila telah tiba saatnya. Ditambahkan dalam Khuddaka Nikaya 252 bahwa
'Orang bijaksana mengharapkan anak yang meningkatkan martabat keluarga, serta mempertahankan
martabat keluarga, dan tidak mengharapkan anak yang merendahkan martabat keluarga; yang menjadi
penghancur keluarga'.
      Dengan adanya 'rambu-rambu' rumah tangga yang diberikan oleh Sang Buddha di atas akan menjamin
tercapainya keselamatan bahtera rumah tangga yang sedang dijalani. Oleh karena itu, kesadaran
melaksanakan Ajaran Sang Buddha tersebut perlu semakin ditingkatkan sehingga akan meningkatkan pula
baik secara kualitas maupun kuantitas keluarga bahagia yang ada dalam masyarakat kita maupun dalam
bangsa dan negara kita.

PENUTUP 
      Satu kunci sederhana dalam usaha mewujudkan kebahagiaan keluarga adalah dengan selalu mengingat
prinsip Hukum Karma yaitu 'Sesuai dengan benih yang ditaburkan, demikian pula buah yang akan
dipanennya'. Jadi, apapun yang ingin kita dapatkan dalam kehidupan ini, hendaknya kita laksanakan
dahulu hal tersebut kepada fihak lain.

KEPUSTAKAAN 

      1. Buddha Vacana, Renungan Harian dari Kitab Suci Agama Buddha, disusun oleh Y.A. Shravasti
Dhammika, Yayasan Penerbit Karaniya, Januari 1993
      2. Dhammapada, Yayasan Dhammadipa Arama, Cetakan Kedua, Jakarta, Agustus 1985
      3. Navakovada, H.R.H. The Late Supreme Patriarch Prince Vajiranyanavarorasa, Yayasan
Dhammadipa Arama, Cetakan Kedua, Jakarta, Agustus 1989
      4. Pepatah Buddhis, perangkum: Prayudh Payutto, pengalih bahasa: Jan Sanjivaputta, LPD Publisher,
Bangkok


                                                                                    


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar